Dalam memaknai ibadah haji, kita harus ingat awal mula ibadah ini diwajibkan bagi setiap muslim yang mampu. Sebagaimana doa nabi Ibrahim 'alaihissalaam yang dikabulkan oleh Allah Subhanahuwata'ala bahwa Ka'bah akan didatangi oleh seluruh manusia dari seluruh penjuru dunia. Proses kita berhaji dimulai dari daftar tunggu yang dapat mencapai belasan bahkan puluhan tahun. Intinya kita dilatih untuk jadi orang-orang yang sabar.
 |
Foto dari Zichao Zhang |
Sabar Menabung
Setoran awal haji itu adalah Rp 25 juta. Bagi sebagian orang mungkin jumlah tersebut kecil, tapi bagi sebagian lainnya bisa jadi sebagai nominal yang mustahil. Tapi Allah itu punya caraNya sendiri. Karena ada orang yang bisa berangkat haji tanpa punya apa-apa, misalnya Ayah saya dapat hadiah dari perusahaan beliau. Waktu itu alhamdulillah karena sudah daftar duluan, akhirnya duitnya diganti.
Di satu sisi, ada orang duitnya banyak tapi nggak berangkat. Karena berbagai sebab. Wallahua'lam. Semua itu takdir. Allah yang Maha Mengatur dan Allah yang akan mengusahakan keberangkatan kita.
Sabar Menunggu (Lama)
Setelah daftar, kita masih menunggu sekian tahun tergantung dari tempat daftarnya di mana. Kok nunggu? Karena jumlah jamaah haji yang bisa ditampung saat musim haji terbatas. Pake sistem kuota, dan di Indonesia sendiri kuotanya hanya sekitar 220 ribu orang per tahun (tertinggi karena jumlah muslim di negara kita banyak). Jumlah antrian sebenarnya adalah kisaran 5,2 juta orang calon jamaah. Kalau dirata-rata berangkat setahun 220ribu, berarti kisaran 23 tahun waktu nungguinnya, baru habis antriannya. Itu pun kalau nggak ada orang yang daftar haji lagi.
Sabar yaaa..
Sabar Membayar Kekurangan Biaya
Dari 25 juta yang kita setor di awal, itu akan menjadi modal untuk diinvestasikan di berbagai instrumen, yang nilai manfaatnya (kata lain "cuan") akan dikembalikan kepada jamaah ketika akan berangkat. Jadi uang kita itu mengendap sesuai dengan masa antrian. Dari nilai manfaat tersebut, tidak sepenuhnya akan digunakan kepada jamaah bersangkutan. Karena kita tidak tahu total biaya haji di tahun keberangkatan itu nominalnya berapa? Seringnya, tidak cukup sehingga kita sebagai calon jamaah harus "nombok" alias menggenapkan kekurangannya.
Untuk tahun 2024 ini, dari biaya 93 juta itu porsi jamaahnya kisaran Rp53-59 juta, tergantung embarkasi atau titik keberangkatan awal (biasanya makin jauh ke arah timur makin mahal). Jadi karena kita udah setor Rp25 juta di awal, kekurangannya yang kisaran Rp28 - 34 juta itu ya kita bayar lagi. Duitnya dari mana? Dari nabung selama sekian tahun pas kita nungguin dipanggil itu.
Sekali lagi, mohon sabar ya...
Sabar dalam Beradministrasi
Untuk keberangkatan tahun 2024 ini, kami rasakan bahwa belum ada full integrasi antara elemen-elemen pelaksana ibadah haji berikut.
- Kementerian Agama (dalam hal ini Dirjen PUH), dan perangkat di bawahnya.
- Kemenkumham / Imigrasi (untuk paspor dsb)
- Kementerian Kesehatan (sebagai salah satu syarat untuk pelunasan), dan SatuSehat (vaksin) dsb.
- Bank Syariah (sebagai mitra Kemenag dalam urusan duit)
- dsb
Sehingga sering kali pengurusan sebuah dokumen di 1 elemen penyelenggara, tidak serta merta terdata di elemen penyelenggara yang lainnya. Kita harus terbiasa bawa-bawa KTP dan dokumen-dokumen "standard" semacam bukti setor, paspor (jika ada), dsb, berikut fotokopi secukupnya.
Belum lagi ditambah oknum-oknum yang pelit senyum dan kalau kita nanya agak ribet dikit makin diketusin. Hahaha. Anggep aja latihan buat nanti di Arab sono ketemu dengan jamaah negara laen yang semrawut, susah ngantri dan susah diatur.
Perlu diketahui bahwa calon jamaah haji itu mayoritasnya sudah berusia lanjut, dan tak jarang saat kami mengurus persyaratan bertemu dengan mereka yang ditemani anak-anaknya. Ada yang udah pake tongkat, ada yang udah nggak bisa denger, dsb.
Yah, ini PR kita bersama ya.. Semoga lambat laun proses ini meningkat kualitasnya dan usia rata-rata jamaah haji Indonesia bisa lebih muda. Aamiin.. Insya Allah.
Sabar sambil Beristighfar
Kata orang tua ane, di sana nanti kan kita 40 hari. Itu sebetulnya yang inti pelaksanaan ibadah haji nya cuma 8-13 Dzulhijjah itu aja. Sisanya kita tuh banyakin umroh (kalau kuat) dan ibadah-ibadah sunnah lain. Jadi emang banyak gabutnya. Momen-momen gabut inilah kita dituntut banyak dzikir, banyakin tilawah, sholat sunnah, shodaqoh, sholawatan, dll.
Pikiran harus tenang. Gak usah mikirin yang ditinggalin di Indonesia, segala ayam / burung / ikan peliharaan, kembang-kembang yg nyiram entar siapa, udah lepasin aja udah.. Pasrah. Istighfar..
Termasuk saat antri pengurusan persyaratan, itu kita nanti banyak antri dan nunggunya. Ini tentu jadi masalah buat pensiunan-pensiunan yang kena penyakit Post Power Syndrome. Di tanah suci semua jamaah sama, pake pakaian ihram yg sama. Mau kita mantan orang punya pangkat, eselon 50 kek, di sana sama aja.
Tak jarang yang di Indonesia udah terbiasa dihormati, ngurus-ngurus apa cepet (diurusin sama ajudan), di sana jadi tidak sabar. Kasus gini sih kata orang Kemenag ya ada aja.. Perkara AC kagak dingin aja ngeluh, ya ada. Perkara antri bis lama jadi marah-marah, ya ada. Macem-macem pokoknya. Jadi sebelum berangkat, pastikan kita udah terbiasa melepaskan atribut-atribut keduniawian kita.
Insya Allah..
Comments
Post a Comment
Silakan bertanya via kolom komentar